“ Sudut Kehidupan”
adalah sebuah karya film Mahasiswa/I Akademi Komunikasi Media Radio TV &
Periklanan yang diproduseri oleh Yulia Syahadah Barenda dan disutradarai oleh
Yosephine Eunike Larasati, merupakan cerita yang mengandung pembelajaran dan
makna kehidupan yang berarti. Pemerannya terdapat seorang ibu bernama Salihatun
yang tinggal didaerah Kranji Baru. Ibu berusia 33th ini memiliki dua
orang putra. Putra pertama bernama Misbahudin yang biasa dipanggil Ikbal. Ikbal
bersekolah disalah satu SMK Swasta di Bekasi, dan putra kedua bernama Dimas
berumur 9th dan masih duduk di Sekolah Dasar. Pak Slamet adalah
suami dari Ibu Salihatun yang bekerja sebagai kuli bangunan. Tentunya dengan
penghasilan yang tidak terbilang dapat mencukupi semua kebutuhan keluarganya, membuat
Salihatun membantu mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan
berjualan pecel keliling menggunakan sepedah yang terdapat alat tambahan
sebagai tempat untuk pecel yang dijual dibagian belakang sepedah. Ibu dua orang
anak ini menjadi penjual pecel keliling membantu suami berjuang untuk melanjutkan
hidup juga demi buah hati yang harus tetap melanjutkan pendidikannya hingga
tamat sekolah. Berharap agar bisa menjadi buah hati yang membanggakan dan dapat
membangun derajat kedua orangtuanya. Berbelanja menyiapkan bahan-bahan untuk
membuat pecel, memproses bahan-bahannya dari yang masih berbentuk utuh lalu
dipotong sesuai ukuran untuk memperindah bentuk, dicuci berkali-kali hingga
bersih, diberi bumbu agar lebih sedap saat telah jadi untuk dinikmati adalah keseharian
Salihatun dalam bekerja. Pekerjaannya juga sebagai persamaan hidup. Saat manusia
yang polos dan ditakdirkan tidak satupun dari mereka memiliki kesempurnaan,
maka akan ada proses dimana manusia tersebut berusaha untuk memperbaiki diri
agar lebih baik dari sebelumnya. Banyaknya cobaan berarti menjadi bumbu dalam
kehidupan agar bisa lebih bijaksana dalam hidup dan menjadikan pribadi yang
kuat, tegar dapat menjadi contoh sebagai hasil dari pengalaman yang dilewati. Begitu
besar pengorbanan dan ujian hidup yang dihadapi keluarga Salihatun tetapi tidak
membuat mereka lupa akan nikmat pemberian ALLAH SWT yang masih lebih besar
dibandingkan ujian yang mereka hadapi. Dan menggantungkan segala harapan kepada
Tuhan adalah hal yang tidak pernah ia lepaskan karena hanya itulah yang menjadi
penguat hati Salihatun bahwa suatu saat perjuangannya tidak akan sia-sia dan
hasil jeri payahnya akan terbalas apabila putra-putranya kelak berhasil. Karena
salah satu hal kebaikan yang dapat kita petik dari seorang Salihatun adalah “
Keluarga adalah hal terindah yang tidak dapat dibeli oleh apapun. Kebersamaan
dengan mereka adalah momen yang TIDAK TERNILAI “. Itulah sebabnya Salihatun
tidak lupa bersyukur kepada nikmat yang diberikan untuknya.
Film ini menjadi
inspirasi dan motivasi bagi mereka yang terus mengeluh akan kekurangan yang
mereka rasakan. Tanpa disadari bahwa masih banyak orang-orang kurang beruntung
yang menginginkan keadaan yang kita miliki saat ini. Karya ini juga menjadi
gambaran bagi anak-anak yang memiliki kelebihan dalam kehidupan keluarganya
agar tidak menyepelekan perjuangan orangtua dalam menghidupi dan mencukupi
semua kebutuhan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar